PANGGILAN HIDUP BERBUAT BAIK
Posted by Teddy Wirawan Trunodipo pada September 1, 2008
Panggilan hidup manusia menuntut sepenuhnya tanggung jawab dari setiap pribadi dalam setiap perbuatan. Manusia dipanggil untuk berbuat baik di hadapan Allah. Perbuatan-perbuatan yang dapat menyelamatkan orang lain dan dirinya sendiri. Allah memberi kecerdasan kepada manusia. Kecerdasan yang dimiliki manusia dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dan pengetahuan. Hasil dari pengembangan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan mutu dan kualitas hidup manusia.
Allah memberikan kasih kepada manusia. Kecerdasan yang dimiliki manusia dapat digunakan untuk mengurai arti kasih yang dia miliki, kasih yang dia terima dari orang lain, dan kasih yang akan dia berikan kepada orang lain. Apabila manusia dapat menyampaikan dan memberikan kasih yang dia miliki dengan baik maka tidak akan ada pertikaian dan dendam pribadi. Bersumber dari kasih dengan didampingi kecerdasannya manusia dapat menyampaikan harapan-harapan yang ada dalam lubuk hatinya. Harapan yang baik dan benar di dasarkan oleh logika yang masuk akal akan menumbuhkan keyakinan yang mendalam. Mencoba dengan segala aktivitas yang nyata untuk mewujudkan impian dan harapan semakin memperteguh keyakinan sehingga harapan pun dapat terwujud dengan baik.
Kegagalan yang kita peroleh adalah bagian dari ketidakmapuan membaca tanda-tanda perkembangan dan perubahan yang dihadapi. Orang lain adalah sarana untuk berkembang. Apabila ada orang-orang yang menghancurkan harapan dan impian tersebut dapat dikatakan bahwa orang tersebut tidak dapat melihat kelebihan dari dirinya untuk berbuat baik. Kewajiban kita adalah menyelamatkan dirinya dengan mengingatkan pentingnya untuk berbuat baik.
Allah memberikan tempat berkarya untuk mengembangkan panggilan setiap pribadi. Panggilan untuk hidup membiara, panggilan untuk hidup berkeluarga, juga panggilan untuk hidup sendiri. Tidak ada salahnya bila masing-masing pribadi memilih salah satu diantaranya. Manusia mendengarkan panggilannya dan mengembangkan dan menghasilkan buah melimpah bagi dirinya dan orang lain. Menjadi biarawan-biarawati yang baik bagi umatnya, menjadi suami-istri-orang tua yang baik bagi keluarganya, dan berani menjadi pribadi yang tidak senang menyakiti dan melukai orang lain.
Kita akan mengalami banyak hal dalam panggilan yaitu kebimbangan dan ketakutan. Sebenarnya sumber ke dua hal adalah diri kita sendiri. Banyak ide, pendapat, pandangan, fenomena hidup, bahkan penglihatan yang telah kita ketahui dan hal-hal tersebut tidak dapat kita hantarkan ke hadapan Allah dalam doa karena terlalu berat untuk disampaikan. Konflik muncul dan menghadirkan ketakutan, kecemasan, ketidakberdayaan, kekawatiran dalam diri setiap individu dan semua itu yang akan menuntun ke arah penderitaan fisik, pikir, batin, dan jiwa. Kecerdasan kita yang tingggi seharusnya berperan aktif untuk mengendalikan pikiran dan perasaan kita dengan memilah-milah yang baik dan benar sehingga menuntun sikap dan perbuatan kita ke arah yang realistis ketika mengalami situasi tersebut.
Kemampuan berfikir manusia yang cukup baik alangkah bagusnya bila kita gunakan menanggapi panggilan Allah. Allah merupakan dasar, awal, pengembangan, dan tujuan terakhir dari panggilan hidup manusia: berani mencintai orang lain, berani menyerahkan cinta itu untuk Allah, berani mengembangkan cinta itu untuk sesama, dan berani mati untuk mempertahankan cinta itu demi kemuliaan Allah. Mendengarkan suara-Nya dalam doa, matiraga, puasa, mimpi, kejadian alam, fenomena setiap hari yang kita hadapi adalah salah satu cara yang paling mudah untuk membuat kita berani melangkah ke depan.
Allah adalah Sang Maha Bijaksana yang mengatur segala sesuatu di dunia ini dan di dalam diri setiap insan ciptaan-Nya sehingga semua berjalan dengan selaras sesuai dengan kehendak-Nya. Manusia dipanggil untuk mengikatkan diri dalam pelaksanan rencana Allah Yang Maha Bijak tersebut. Manusia membutuhkan kemampuan untuk mendengarkan suara hati sampai ke lubuk hatinya yang terdalam : “ Kemana langkah hidupku harus berayun ? “
Manusia membutuhkan penglihatan yang jelas dalam mencermati suara hati sehingga dapat menangkap panggilan hidupnya menuju kesempurnaan. Pemberi suara hati itu adalah Allah yang merupakan norma hidup manusia yang terakhir. Memang iman harus tampak dalam perbuatan – ibadat, ajaran, dan moral (itu benar) – akan tetapi jangan sampai Allah terlupakan bila kita sibuk berupacara, tekun belajar, giat bermoral, mengajar, dan perbuatan lainnya.
Selamat merenungkan dan mencobanya bila berkenan.
Terimakasih
Yogyakarta : 15 Oktober, 02, 05 Desember 1998
T. Wirawan Trunodipo
This entry was posted on September 1, 2008 pada 5:37 am and is filed under FILSAFAT DAN TEOLOGI. Dengan kaitkata: BASIC EDUCATIONS, BELAJAR, KESABARAN, KUALITAS HIDUP, MASTURBASI, MENUJU KEGAGALAN, MOTIVASI, PENDIDIKAN, PERILAKU, PRIBADI, ROH, SPIRIT, SPIRITUALITAS, SUMBER INSPIRATOR, TUHAN, WIRAUSAHA BERHASIL. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, atau trackback from your own site.
Prast said
bagus tulisannya
sering2 buat yang seperti ini
Prastowo said
alangkah baiknya bila orang mendengarkan panggilan hidup berbuat baik
ayuningtyas said
choooieee
bagusnya…….
tapi aku bingung
sarwani said
good…..good……good…..
buat artikel yang lebih banyak
jangan puisi melulu
tulisan artikelmu mau kamu simpan di dapur
sampai berapa lama lagi?
sudah waktunya di sajikan
nanti keburu hangus